Mendulang Mutiara Kata: Identifikasi dan Intertektualitas Ekspresi Kearifan Lokal Dalam Sastra Bali Modern
Banyak ungkapan terkenal di masyarakat yang asal-usulnya kurang diketahui oleh publik, padahal ungkapan itu berasal dari karya seni seperti lagu atau karya sastra. Ungkapan-ungkapan seperti “jaen hidup di Bali†(enak hidup di Bali), “sakadi ngurug pasih†(ibarat menimbun samudera), “gede o...
Saved in:
Published in: | Mudra : jurnal seni budaya Vol. 34; no. 2; pp. 239 - 249 |
---|---|
Main Authors: | , |
Format: | Journal Article |
Language: | English |
Published: |
Institut Seni Indonesia Denpasar
23-05-2019
|
Subjects: | |
Online Access: | Get full text |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Banyak ungkapan terkenal di masyarakat yang asal-usulnya kurang diketahui oleh publik, padahal ungkapan itu berasal dari karya seni seperti lagu atau karya sastra. Ungkapan-ungkapan seperti “jaen hidup di Bali†(enak hidup di Bali), “sakadi ngurug pasih†(ibarat menimbun samudera), “gede ombak gede angin†(ombak besar angin kencang), dan “tresnane ajur lebur satonden kembang†(kasih layu sebelum berkembang) adalah ekspresi kearifan lokal Bali yang bisa dirunut jejaknya lewat karya sastra. Artikel ini bertujuan untuk mendulang, menggali, mengumpulkan, dan menganalisis kata-kata mutiara yang terkandung dalam sastra Bali modern. Data yang terkumpul dianalisis dengan intertekstualitas untuk melihat hubungan antara ungkapan dalam sastra dan dalam sumber lainnya serta perbedaan makna kontekstualnya. Hasil analisis menunjukkan ada tujuh jenis kata-kata mutiara yang banyak muncul dalam karya sastra Bali modern, yaitu sesonggan (pepatah), sesawangan (perumpamaan), seloka (bidal), wawangsalan, sesimbing, peparikan, dan bladbadan. Dari ketujuh bentuk itu, sesonggan (pepatah) yang paling banyak muncul karena paling efektif untuk menyampaikan ungkapan secara tidak langsung. |
---|---|
ISSN: | 0854-3461 2541-0407 |
DOI: | 10.31091/mudra.v34i2.706 |