ANALISA KOROSI RETAK TEGANG MATERIAL AISI 304 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA AIR LAUT
Stress Corrosion Cracking [SCC] atau korosi retak tegang merupakan kegagalan logam korosi hasil peretakan intergranular dan transgranular dibawah pengaruh tegangan tarik dan lingkungan korosif. Stress Corrosion Cracking sering terjadi pada pipa bawah laut. Hal ini disebabkan karena pengelasan yang...
Saved in:
Published in: | Journal of renewable energy & mechanics Vol. 4; no. 1; pp. 7 - 13 |
---|---|
Main Author: | |
Format: | Journal Article |
Language: | English |
Published: |
UIR Press
28-02-2021
|
Subjects: | |
Online Access: | Get full text |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Stress Corrosion Cracking [SCC] atau korosi retak tegang merupakan kegagalan logam korosi hasil peretakan intergranular dan transgranular dibawah pengaruh tegangan tarik dan lingkungan korosif. Stress Corrosion Cracking sering terjadi pada pipa bawah laut. Hal ini disebabkan karena pengelasan yang biasa dilakukan pada pipa menghasilkan tegangan sisa dan kombinasi dengan media air laut yang korosif menyebabkan terjadinya SCC. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami fenomena SCC dan mengkaji pengaruh variasi beban terhadap SCC pada material pipa AISI 304. Metode pengujian yang digunakan adalah C ring, dengan variasi beban 3 kN, 4kN dan 5kN. Matrial dicelup dalam media air laut selama 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Pengujian yang dilakukan adalah uji kekerasan, pengambilan data kehilangan berat, perhitungan laju korosi dan pengukuran luas area retak dengan mikroskop optik. Hasil pengujian kekerasan menunjukan peningkatan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pembebanan dari kekerasan awal 163 VHN naik menjadi 165,5 VHN Pada beban 3 kN, 186,3 VHN pada beban 4kN 189,1 VHN dan pada beban 5kN. Kehilangan berat dan laju korosi dipengaruhi besarnya beban dan lamanya waktu pencelupan. Kehilangan berat dan laju korosi terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kN dan waktu pencelupan 15 hari dan yang terkecil terjadi pada beban 3 kN dan pencelupan 5 hari. Luas retak juga meningkat dengan naiknya beban dan bertambahnya waktu perendaman. Spesimen yang memiliki area retak terbesar terjadi pada spesimen dengan beban 5 kN dengan waktu pencelupan 15 hari yaitu sebesar 999039,09 µₘ2 dan spesimen yang memiliki area retak terkecil ialah spesimen dengan beban 3 kN pada waktu pencelupan 5 hari sebesar 285494,76 µₘ2. Penelitian ini menunjukan bahwa beban yang diberikan sebaiknya maksimal hanya sebesar 4 kN, karena peningkatan beban di atas nilai tersebut menyebabkan laju korosi meningkat tajam |
---|---|
ISSN: | 2714-6219 2614-8315 |
DOI: | 10.25299/rem.2021.vol4.no01.4948 |